November 25, 2009

Every Human Could be Perfect! (2)


Tuhan Mencipta Setan = Tuhan  Mencipta Keburukan?*
Segala peristiwa di alam semesta ini terjadi atas skenario-Nya. Lalu, sedih dan derita yang menimpa manusia juga kehendak-Nya? Baik dan buruk juga dicipta-Nya? Semua mahluk, termasuk kita terpaksa harus bermain-main dalam bingkai skenario-Nya? Manusia tidak memiliki kehendak apapun? Semua peristiwa, baik derita maupun bahagia adalah kehendak-Nya!
Itulah falasi; sesat pikir. Berpikir salah memastikan seseorang bertindak salah. Bertindak salah mengharuskannya menuai derita. Ini kepastian. Allah Swt menghendaki manusia hidup bahagia di dunia dan akhirat. Kehendak-Nya adalah hukum universal. Hukum universal adalah poros alam semesta beserta isinya, segala sesuatu bersandar kepada hukum itu, termasuk kita. Hukum universal itulah keadilan Tuhan.
Sebuah contoh sederhana: Lazimnya sesat pikir terjadi karena lelah. Sangat nyata kita rasakan, ketika raga kita sedang fit, semangat untuk melakukan suatu pekerjaan membara menyala-nyala, baik yang sifatnya sukmawi atau ragawi. Seringkali akal dan hati menjadi lembek terpengaruh oleh raga yang acapkali kelelahan. Pada kondisi inilah kita dapati raga tak mampu mengikuti kehendak jiwa, akal sehat dan perasaan.
Inilah salah satu sebab ketidakstabilan akal dan perasaan. Dari sinilah orang-orang labil bermunculan; dalam hal prinsip hidup, penentuan pilihan dsb. Orang-orang yang “memegang teguh” ketidakstabilannya itu karena enggan sadar bahwa dirinya tak kuasa terhadap dirinya sendiri, apalagi terhadap segala sesuatu di luar dirinya yang berhubungan dengannya, baik secara langsung maupun tidak. Namun dia tetap memaksa seolah tegar tanpa bimbingan. Tetap, mengandalkan akal, perasaan dan raganya. Inilah orang egois fatalis.
Sebagaimana akal, perasaan itu tidak mandiri. Keduanya lemah. Karenanya mereka membutuhkan “pendamping” untuk bisa membimbingnya meraih kebahagiaan. Perasaan menjadi tak berhaluan saat berpisah dengan akal sehat. Akal menjadi kering ketika tak mendapat siraman dan naungan rasa. Untuk mendapat pendamping yang bisa membimbing meraih kebahagiaan, syarat utamanya adalah memahami keadilan Ilahi yang sangat sederhana dan “super mudah” dicerna akal.
Kehendak Allah Swt adalah hukum universal; hukum yang berlaku bagi siapa saja dan apa saja yang berada di alam semesta ini. Hukum universal adalah takdir dari Allah Swt untuk semua mahluknya. Dalam pandangan hukum universal, semua mahluk sama; semua bergantung kepadanya. Manusia memiliki kebebasan untuk berbuat apa saja dalam kerangka hukum universal. Tapi manusia tidak bisa terbebas dari hukum universal.
Hukum universal adalah keadilan Allah Swt. Contoh nyata: salah satu bentuk hukum universal adalah hukum gravitasi bumi. Segala sesuatu yang memiliki berat jenis dan berada dalam kerangka atmosfer pasti tunduk kepada hukum ini. Jika kita melempar batu ke arah langit, ia akan ditarik bumi, niscaya jatuh membentur tanah. Inilah keadilan Allah Swt. Jika ada batu dilempar ke atas kemudian tidak jatuh ke tanah, berarti Allah Swt tidak adil. Itu mustahil.
Lalu adakah manusia punya kehendak bebas? Apa arti kebebasannya jika dibatasi hukum universal? Kehendak bebas bukan berarti bebas melakukan apa saja, termasuk menerjang hukum universal. Bebas di sini artinya leluasa melakukan apa saja sesuai logika hukum universal. Tidak mungkin terbebas dari hukum universal. Ketika berusaha terbebas atau menyempal dari hukum universal, maka tentu menuai derita. Dalam hal ini, manusia selayak bayi yang nyaman dalam naungan rahim ibunya dan bergantung sepenuhnya kepada tali pusat. Hukum Universal adalah naungan manusia untuk meraih kenyamanan dan kebahagiaan.
Segala peristiwa yang terjadi, berarti sesuai dengan sebabnya masing-masing. Tidak ada peristiwa yang terjadi secara kebetulan. Allah Swt menghendaki kebaikan bagi manusia dan seluruh mahluk. Termasuk menciptakan neraka, Dia tidak menghendaki keburukan menimpa hamba-Nya.
Neraka itu, kan buruk! Setan juga buruk! Penjahat, buruk! Mereka, kan dicipta Tuhan! Berarti Tuhan mencipta keburukan! Bicara neraka, berarti membahas siksa. Bicara siksa, berarti membahas derita. Berarti Tuhan mencipta derita!
… to be continued

No comments:

Post a Comment

About